Senin, 03 Oktober 2011

Mengamalkan Teori Ukhuwah


Seseorang pernah menceritakan keheranannya terhadap teman-teman pengajiannya. “Saya bingung pada mereka, guru mereka ada di rumah sakit sudah beberapa pekan, namun mereka belum mengunjungi juga”, keluh teman tadi. “Apa anda tidak mengingatkan mereka tentang keadaan guru kalian”, ungkap saya. “Tidak tahulah saya pada mereka. Sepertinya mereka sibuk sekali pada urusannya masing-masing”, jawabnya lirih. “Apakah sesibuk itu mereka hingga seredup itu perasaan kemanusiaannya”, selidik saya.
Lain waktu orang itu berkesempatan mengunjungi rumah seorang temannya sambil membawa sedikit bingkisan. Rupanya dia sangat gembira sekali dengan kunjungannya itu. Dia berkata kepada orang tersebut: “Saya bersyukur sekali hari ini. Pertama, mendapatkan kunjungan dari antum, setelah lama tidak ada teman yang mengunjungi saya. Rasanya saya seperti terlempar dari pergaulan teman-teman. Tapi dengan kunjungan ini saya merasa ditarik kembali. Kedua, antum membawa bingkisan. Barang kali bingkisan itu kecil nilainya tapi sangat berarti bagi saya. Karena sudah beberapa hari keluarga saya hanya memakan ubi-ubian”. Paparnya. mendengar ucapan orang yang dikunjungi tersebut, dirinya terharu sekali, apalagi setelah mendengarkan pemaparan yang memilukan itu. Timbul pertanyaan besar: Kemana teman-temannya?.
Pengalaman diatas sebenarnya mungkin banyak sekali kita jumpai dengan beraneka ragam cerita. Semuanya akan berujung pada tanda tanya, sebegitu redupkah tali persaudaraan yang kita miliki saat ini. Sebegitu keringkah telaga ukhuwwah sesama kader dakwah.