Jumat, 16 September 2011

Islam Agama Cinta

Ketika perang Qadisiyyah meletus, Khalifah ‘Umar bin Khattab menulis surat kepada panglimanya, Sa‘ad bin Abi Waqqas, supaya menaklukkan Hilwan, sebuah propinsi di Irak. Maka dikirimlah 300 personel kavaleri di bawah komando Nadhlah bin Mu‘awiyah al-Ansari. Hari itu, setelah dengan mudah menguasai seluruh propinsi, mereka menyaksikan suatu kejadian luar biasa. Saat itu masuk waktu maghrib dan Nadhlah pun naik ke sebuah tempat yang agak tinggi di lereng bukit untuk mengumandangkan azan. Anehnya, setiapkali Nadhlah selesai mengumandangkan kalimat azannya, spontan terdengar suara seseorang menjawabnya. “Allahu akbar!” laung Nadhlah, “Kabbarta kabiran, ya Nadhlah!” sahut orang itu. “Asyhadu alla ilaha illa Allah” dijawab dengan “Kalimatul ikhlas, ya Nadhlah!”. Lalu ketika dilaungkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, suara misterius itu menyahut, “Huwa ad-dinu, wa huwa alladzi basysyarana bihi ‘Isa ibnu Maryam ‘alayhima as-salam, wa ‘ala ra’si ummatihi taqumu as-sa‘ah!” Nadhlah menyambung azannya, “Hayya ‘ala ash-shalah!” lalu dijawabnya, “Thuba liman masya ilayha wa waazhaba ‘alayha!”, sedangkan “Hayya ‘ala al-falah!” dijawab dengan “Qad aflaha man ajaaba Muhammadan shallallahu ‘alayhi wa sallam, wa huwa al-baqa’ li ummatihi”. Dan laungan “La ilaha illa Allah” disambut dengan “Akhlashta al-ikhlash, ya Nadhlah, faharrama Allah jasadaka ‘ala an-naar!”

Minggu, 11 September 2011

Sepak Terjang IM di Indonesia

ikhwan.net – Indonesia adalah negeri Islam terbesar di dunia dalam jumlah penduduknya. Telah merasakan kepedihan penjajahan asing dari negara-negara Barat seperti Portugal, Belanda dan Jepang. Sehingga isu umat Islam di negara ini menjadi ingatan setiap muslim di penjuru dunia dan menyibukkan opini nasional serta dunia Islam.
Oleh karena Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), sejak awal, sangat konsen dengan persoalan umat Islam di Indonesia dan menempati level opini dan praktis.
Di level opini, IM berperan dalam menampilkan isu umat Islam Indonesia dan mengecam tindak kejahatan penjajah yang dilakukan di atas negeri Indonesia. Salah satu upaya itu adalah mengirimkan kawat telex kecaman penindasan Belanda atas Indonesia.
Terkait persoalan kemerdekaan rakyat Indonesia, kantor pusat IM mengirimkan surat protes kepada Sekjen Dewan Majelis Umum PBB dan Menteri Belanda di Mesir. Isi surat tersebut adalah sebagai berikut:
“Serangan Membabi-buta Belanda ke Indonesia adalah tindakan penindasan terhadap dunia Arab dan Islam, serta rasa kemanusiaan secara umum. Oleh karena itu, IM, atas nama bangsa Arab dan Islam, meminta pertanggungjawaban negara Anda atas tumpahnya darah saudara muslim mereka di negeri Indonesia yang independen.”
IM di wilayah Lembah Nil, memprotes penjajahan Belanda atas bangsa Indonesia. Mereka meminta kepada PBB, atas nama dunia Arab dan Islam, untuk intervensi dalam urusan ini, menghentikan penjajahan dan memutuskan keputusan yang benar.

Kamis, 08 September 2011

Sentuhan-sentuhan Tarbiyah: Hakikat Dakwah Islam

Bahwa diantara hakikat dakwah Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya adalah dalam rangka mewujudkan kesejahtaraan umat baik di dunia dan di akhirat, dengan bermanhajkan Islam, berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah. Dan tentunya, selain mewujudkan itu, bahwa hakikat dakwah juga ingin memberikan kontribusi perbaikan; terutama pada tiga pokok penting, yaitu:
1. Menyeru kepada manusia seluruhnya dan umat Islam secara khusus untuk berserah diri (beribadah) secara total kepada Allah SWT Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan tidak menjadikan selain Allah sebagai sesembahan.
2. Menyeru kepada mereka yang telah beriman kepada Allah untuk selalu ikhlas dalam berbuat, dan selalu membersihkan diri dari segala kotoran dzahir dan bathin serta dari perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
3. Menyeru kepada manusia untuk melakukan revolusi menyeluruh terhadap sistem dan rezim pemerintahan konvensional yang bathil yang selalu melakukan kedzaliman dan kerusakan di muka bumi ini, melepas diri mereka dari belenggu monotheisme ideologi dan praktek-praktek yang menjurus pada perbuatan dosa dan keji, untuk selanjutnya diserahkan kapada hamba Allah yang salih dan yang beriman kepada Allah dengan ikhlas dan kepada hari akhir, serta berpegang teguh kepada agama yang benar dan tidak berbuat sombong dan dzalim.

Rabu, 07 September 2011

Bahagia Saat Menunaikan Puasa 6 Hari di Bulan Syawal Pasca Bulan Ramadhan

Dari Abu Ayyub al-Anshari ra, Nabi saw bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر
“Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun.” (Muslim).
Dalam hadits lain juga disebutkan dari imam Ahmad dan an-Nasa’I berkata: Nabi saw bersabda:
“Puasa Ramadhan ganjarannya sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka bagaikan berpuasa selama setahun penuh.” (Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam “Shahih” mereka)
Alangkah senang dan bahaginya kita, setelah mampu menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan dan diberikan kesempatan untuk menunaikan puasa 6 hari pada bulan Syawal, sehingga Allah menghitungnya seakan puasa dalam satu tahun penuh.
Kenapa demikian:

Fiqh Dakwah Imam Syahid Hasan Al-Banna

Imam Syahid dikenal memiliki sifat yang berpengaruh yakni sifat pemimpin yang mampu mengubah:
Sifat-sifat tersebut tampak nyata pada:
1. Kemampuannya memilih pilihan tepat dari sekian banyak opsi.
2. menghindarkan diri dari membuat sesuatu menjadi  tidak jelas dan “njelimet” (rumit).
3. kemampuannya menerjemahkan pemikiran dan teori menjadi kerja nyata
4. kemampuannya menyelesaikan perselisihan dan mengoreksi kesalahan dengan bijak
5. kemampuannya membawa da’wahnya melewati berbagai marhalah dan sasaran dengan menggunakan syiar-syiar dan skill aplikatif.
Tentang kemampuannya memilih pilihan tepat dari sekian banyak opsi terlihat sejak awal kehidupannya, yakni ketika beliau dihadapkan pada pilihan tashawwuf yang benar dengan ikhlas dan amalnya dan pilihan ta’lim (pendidikan) dan irsyad (mengarahkan masyarakat) dengan keharusan bergaul dengan mereka dan menghadiri pertemuan-pertemuan mereka.