Kamis, 24 Mei 2012

Kegiatan Outbond TK Plus Ma'arif

Pada hari Kamis, tanggal 17 Mei 2012, TK Plus Ma'arif Kota Padang Panjang melaksanakan kegiatan Outbond di objek wisata Malibo Anai, Kaupaten Padang Pariaman. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari pelaksanaan program Parenting yang dilaksanakan oleh TK Plus Ma'arif Kota Padang Panjang. Hadir pada acara tersebut para wali murid TK Plus Ma'arif, pengurus yayasan yang berjumlah sekitar 60 orang. Rangkaian acara yang dimulai sejak jam 9.00 pagi dimulai dengan pembukaan dengan ayat suciAl-Qur'an yang dipimpin oleh Ustad Idris Alhafidz, dari Markazul Qur'an Padang Panjang. Kemudian diikuti dengan senam bersama anak-anak TK Plus Ma'arif. Selepas melakukan senam, acara dilanjutkan dengan kegiatan Flying Fox yang berlokasi ditempat acara. Hampir seluruh anak murid TK mengikutinya dengan baik. walupun diawal tampak wajah-wajah cemas dan ketakutan pada raut wajah mereka. Namun setelah dicoba, Flying Fox tersebut sangat menyenangkan. Kemudian acara dilanjutkan dengan beberapa games lainnya. Semuanya diikuti dengan penuh semangat oleh para murid. Kebahagiaan tampak pada wajah para orang tua yang menyaksikan kreativitas anak-anak mereka. Selepas zuhur acara pun berakhir.

Sabtu, 05 November 2011

10 hari pertama Dzulhijjah; Pembinaan dan Persatuan Umat


Segala puji hanya milik Allah, shawalat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti teladannya dengan ihsan hingga hari pembalasan; selanjutnya..
Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah saw bersabda:
 “مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Wahai umat Islam.. wahai umat manusia semua..
Sungguh Allah telah memberikan anugerah yang besar kepada umat Islam pada tahun yang penuh berkah ini, musim semi yang penuh dengan revolusi dan perubahan yang penuh berkah, yang senantiasa dinantikan sejak lama, bahkan kalo boleh dikatakan: sejak berabad-abad.. revolusi yang menjadi cita-cita dan idaman yang datang melalui takdir Allah dan Maha Kuasa-Nya, untuk mengembalikan umat akan jati dirinya, menaikkan  martabatnya, serta menempatkan posisi yang dikehendaki Allah, seperti yang disebutkan dalam firman Allah:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Ali Imran:110)
Umat Islam melalui Qur’annya, hidayah nabi  yang penuh rahmat, syariatnya yang lurus, merupakan rahmat dan petunjuk dari Allah Tuhan semesta alam:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Anbiya:107)
Syariat yang mengangkat jati diri manusia dari kehinaan dan kerendahan, mengeluarkannya dari kegelapan menuju cahaya, dari kesesatan menuju hidayah; karena itu, adalah suatu keharusan kita katakan: sesungguhnya iradah Allah dan Maha Kuasa-Nya enggan kecuali Allah sempurnakan cahaya-Nya dan tampilkan agama-Nya, mengasihi manusia dari kerendahan dan kehinaan, sebagaimana yang Allah firmankan:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci”. (As-Shaff:9)
Wahai umat Islam.. wahai umat manusia semuanya…
Saya sengaja menyebutkan orang-orang yang menakuti-nakuti mereka dari Islam secara sengaja… orang-orang yang “Keinginannya menyimpang” (Al-A’raf:45), kepada orang-orang yang “kesenangannnya menyebarkan fitnah dan kerusakan dihadapan orang-orang beriman”. (An-Nur:19), ketahuilah bahwa dunia di dalamnya begitu banyak kebaikan untuk seluruh umat manusia, saat Allah memerintahkan untuk berbuat baik secara mutlak, tidak hanya terbatas pada orang beriman saja. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”. (Al-Hajj:77)
Dan ketika memerintahkan kita untuk berbuat adil dan mengkhususkan berbuat adil kepada musuh dengan nash khusus. Allah berfirman:
وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Maidah:8)

Senin, 03 Oktober 2011

Mengamalkan Teori Ukhuwah


Seseorang pernah menceritakan keheranannya terhadap teman-teman pengajiannya. “Saya bingung pada mereka, guru mereka ada di rumah sakit sudah beberapa pekan, namun mereka belum mengunjungi juga”, keluh teman tadi. “Apa anda tidak mengingatkan mereka tentang keadaan guru kalian”, ungkap saya. “Tidak tahulah saya pada mereka. Sepertinya mereka sibuk sekali pada urusannya masing-masing”, jawabnya lirih. “Apakah sesibuk itu mereka hingga seredup itu perasaan kemanusiaannya”, selidik saya.
Lain waktu orang itu berkesempatan mengunjungi rumah seorang temannya sambil membawa sedikit bingkisan. Rupanya dia sangat gembira sekali dengan kunjungannya itu. Dia berkata kepada orang tersebut: “Saya bersyukur sekali hari ini. Pertama, mendapatkan kunjungan dari antum, setelah lama tidak ada teman yang mengunjungi saya. Rasanya saya seperti terlempar dari pergaulan teman-teman. Tapi dengan kunjungan ini saya merasa ditarik kembali. Kedua, antum membawa bingkisan. Barang kali bingkisan itu kecil nilainya tapi sangat berarti bagi saya. Karena sudah beberapa hari keluarga saya hanya memakan ubi-ubian”. Paparnya. mendengar ucapan orang yang dikunjungi tersebut, dirinya terharu sekali, apalagi setelah mendengarkan pemaparan yang memilukan itu. Timbul pertanyaan besar: Kemana teman-temannya?.
Pengalaman diatas sebenarnya mungkin banyak sekali kita jumpai dengan beraneka ragam cerita. Semuanya akan berujung pada tanda tanya, sebegitu redupkah tali persaudaraan yang kita miliki saat ini. Sebegitu keringkah telaga ukhuwwah sesama kader dakwah.

Jumat, 16 September 2011

Islam Agama Cinta

Ketika perang Qadisiyyah meletus, Khalifah ‘Umar bin Khattab menulis surat kepada panglimanya, Sa‘ad bin Abi Waqqas, supaya menaklukkan Hilwan, sebuah propinsi di Irak. Maka dikirimlah 300 personel kavaleri di bawah komando Nadhlah bin Mu‘awiyah al-Ansari. Hari itu, setelah dengan mudah menguasai seluruh propinsi, mereka menyaksikan suatu kejadian luar biasa. Saat itu masuk waktu maghrib dan Nadhlah pun naik ke sebuah tempat yang agak tinggi di lereng bukit untuk mengumandangkan azan. Anehnya, setiapkali Nadhlah selesai mengumandangkan kalimat azannya, spontan terdengar suara seseorang menjawabnya. “Allahu akbar!” laung Nadhlah, “Kabbarta kabiran, ya Nadhlah!” sahut orang itu. “Asyhadu alla ilaha illa Allah” dijawab dengan “Kalimatul ikhlas, ya Nadhlah!”. Lalu ketika dilaungkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, suara misterius itu menyahut, “Huwa ad-dinu, wa huwa alladzi basysyarana bihi ‘Isa ibnu Maryam ‘alayhima as-salam, wa ‘ala ra’si ummatihi taqumu as-sa‘ah!” Nadhlah menyambung azannya, “Hayya ‘ala ash-shalah!” lalu dijawabnya, “Thuba liman masya ilayha wa waazhaba ‘alayha!”, sedangkan “Hayya ‘ala al-falah!” dijawab dengan “Qad aflaha man ajaaba Muhammadan shallallahu ‘alayhi wa sallam, wa huwa al-baqa’ li ummatihi”. Dan laungan “La ilaha illa Allah” disambut dengan “Akhlashta al-ikhlash, ya Nadhlah, faharrama Allah jasadaka ‘ala an-naar!”

Minggu, 11 September 2011

Sepak Terjang IM di Indonesia

ikhwan.net – Indonesia adalah negeri Islam terbesar di dunia dalam jumlah penduduknya. Telah merasakan kepedihan penjajahan asing dari negara-negara Barat seperti Portugal, Belanda dan Jepang. Sehingga isu umat Islam di negara ini menjadi ingatan setiap muslim di penjuru dunia dan menyibukkan opini nasional serta dunia Islam.
Oleh karena Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), sejak awal, sangat konsen dengan persoalan umat Islam di Indonesia dan menempati level opini dan praktis.
Di level opini, IM berperan dalam menampilkan isu umat Islam Indonesia dan mengecam tindak kejahatan penjajah yang dilakukan di atas negeri Indonesia. Salah satu upaya itu adalah mengirimkan kawat telex kecaman penindasan Belanda atas Indonesia.
Terkait persoalan kemerdekaan rakyat Indonesia, kantor pusat IM mengirimkan surat protes kepada Sekjen Dewan Majelis Umum PBB dan Menteri Belanda di Mesir. Isi surat tersebut adalah sebagai berikut:
“Serangan Membabi-buta Belanda ke Indonesia adalah tindakan penindasan terhadap dunia Arab dan Islam, serta rasa kemanusiaan secara umum. Oleh karena itu, IM, atas nama bangsa Arab dan Islam, meminta pertanggungjawaban negara Anda atas tumpahnya darah saudara muslim mereka di negeri Indonesia yang independen.”
IM di wilayah Lembah Nil, memprotes penjajahan Belanda atas bangsa Indonesia. Mereka meminta kepada PBB, atas nama dunia Arab dan Islam, untuk intervensi dalam urusan ini, menghentikan penjajahan dan memutuskan keputusan yang benar.